OMONG KOSONG
Sumpah serapah
Gampang bagimu
bagai menghembus nafas
Tapi itu tamparan
Tamparan?
Ya, bagi perjuangan
hingga titik penghabisan
Tapi seolah kau
tak mendengar dan melihat
Percuma...
Kami mengejar
salah satu jaminan syahid di jalan Tuhan
Dan imbalan
duniawinya adalah salah satu dari abjad itu
Tapi miris..
Mata-mata sayu
itu perih menatap bulan sabit
Yang tertera di
halaman itu
Bagaimana bisa?
Jika aku dan
mereka tau sebabnya, tidak akan lahir sebuah tanya
Atau mungkin kau
tak menggunakan rumus yang biasa
Tak biasa untuk
sebuah keyakinan
Bahwa hasil tidak
pernah menghianati proses
Tapi seketika, itu
hanya sebatas titik ideal yg kosong
Mana mungkin kau
paham jika tak merasa
Untukmu mahaguru,
Kali ini sebuah
kewajaran rasanya
Sumpah serapah
itu mereka lontarkan bertubi-tubi
Tidak menghargai,
tidak memberi dan tidak merasa
Itu sebabnya,
Sekali pun kau
merajai tahta ilmu,
Kau bukanlah
siapa-siapa jika kau tak mampu membuat dunia berterima kasih atas jasamu,
Atas caramu
menghargai yang kecil
Atas jasamu mengubah
caci menjadi puji
Jika yg kau
hargai bukan mitos
Tidak akan muncul
celaan
Tidak akan lahir
yang disebut kecewa
Hanya jika kau
sedikit lebih menghargai, mungkin kau akan lebih dicintai
Ketika hujan
Argamakmur, 24 Januari 2015
(14:38 WIB)