Minggu, 01 Februari 2015

Omong Kosong di Tengah Perjalanan



OMONG KOSONG

Sumpah serapah
Gampang bagimu bagai menghembus nafas
Tapi itu tamparan
Tamparan?
Ya, bagi perjuangan hingga titik penghabisan
Tapi seolah kau tak mendengar dan melihat
Percuma...
Kami mengejar salah satu jaminan syahid di jalan Tuhan
Dan imbalan duniawinya adalah salah satu dari abjad itu
Tapi miris..
Mata-mata sayu itu perih menatap bulan sabit
Yang tertera di halaman itu
Bagaimana bisa?
Jika aku dan mereka tau sebabnya, tidak akan lahir sebuah tanya
Atau mungkin kau tak menggunakan rumus yang biasa
Tak biasa untuk sebuah keyakinan
Bahwa hasil tidak pernah menghianati proses
Tapi seketika, itu hanya sebatas titik ideal yg kosong
Mana mungkin kau paham jika tak merasa
Untukmu mahaguru,
Kali ini sebuah kewajaran rasanya
Sumpah serapah itu mereka lontarkan bertubi-tubi
Tidak menghargai, tidak memberi dan tidak merasa
Itu sebabnya,
Sekali pun kau merajai tahta ilmu,
Kau bukanlah siapa-siapa jika kau tak mampu membuat dunia berterima kasih atas jasamu,
Atas caramu menghargai yang kecil
Atas jasamu mengubah caci menjadi puji
Jika yg kau hargai bukan mitos
Tidak akan muncul celaan
Tidak akan lahir yang disebut kecewa
Hanya jika kau sedikit lebih menghargai, mungkin kau akan lebih dicintai


Ketika hujan
Argamakmur, 24 Januari 2015 (14:38 WIB)

1 komentar: