Bengkulu,
18 November 2014
Yts. Siswa/i SDN Sungai Kubu, Karang
Agung, Lalan Musi, Banyuasin, SumSel.
Di
Tempat
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam kenal dan salam sayang untuk
kalian semua...
Anak-anak manis dengan seribu satu
kebanggaan dan keceriaan.
SDN Sungai Kubu, Karang Agung, Lalan
Musi, Banyuasin, Sumatera Selatan, benarkah itu alamat istana kalian?
Ingin rasanya aku
sesekali mengunjungi kalian di sana, membawakan kalian banyak kisah, bingkisan
dan beberapa ikat ilmu yang aku gali dan aku kumpulkan selama ini. Tapi sebelum
itu, izinkan bagian dari diriku yang paling mudah untuk tiba di sana lebih
dulu. Surat ini, bagian dari diriku untuk kalian.
Nama lengkapku, Rita
Afrina. Panggil saja aku kak Rita. Aku berasal dari kota kecil di pinggiran
pulau Sumatera, Bengkulu. Kota yang banyak orang tidak mengetahui keberadaannya
di nusantara ini. Di bagian Utara Bengkulu, tepatnya sebuah desa kecil yaitu
Sungai Pura, Kecamatan Air Besi, di sana aku bertemu dunia pertama kali dan
juga sebagai anak pertama pada 15 Mei 1994. Dari seorang ayah bernama Syopyan Sori dan seorang Ibu
bernama Rabi’ah Tuhadis. Hidupku sederhana, sejak aku dilahirkan. Maka
sekiranya aku tahu seperti apa rasanya menjadi kalian jika tempat kalian berada
di pelosok SumSel. Pertama kali aku mengenal huruf dan angka secara formal juga
di sebuah tempat yang terpencil, jauh dari hinggar binggar kemeriahan kota dan
kecanggihan teknologi. Tentunya menyatu dengan alam.
Sekarang, aku sedang
dalam perjalanan dan perjuangan menyelesaikan pendidikan S1 di salah satu
universitas di kota Bengkulu. Aku tinggal tidak jauh dari kampusku. Menikmati
manis pahitnya ratusan hari di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD). Dulu, aku ingin terjun ke dunia yang
bersahabat dengan bau obat dan teman-temannya. Dengan seragam putih dan
stetoskop di leher. Tapi Tuhan membawaku ke dunia yang menuntut dan membuat aku
mencintai, menyayangi dan selalu ingin memberikan yang terbaik kepada anak-anak
seperti kalian. Aku pikir, ini adalah profesi yang gampang untuk dikerjakan dan
dijalankan nantinya dibandingkan seragam putih itu. Tapi sekarang aku menyadari
bahwa tidak mudah untuk menjadi pengabdi, pejuang, pengayom, pembimbing dan
pendamping yang profesional bagi kalian. Karena kalian adalah warisan berharga
negeri ini. Itu lah yang membuat semua ini semakin hari semakin berharga dan
mulia.
Setiap hari, Senin
sampai Jum’at aku melangkahkan kaki ke kampus sambil menggendong ransel yang di
dalamnya entah apa saja tetapi yang paling jarang absen adalah alat yang aku
gunakan untuk membuat tulisan ini. Bersama sebuah buku orange yang hampir tak
berbentuk. Aku suka menulis, aku punya buku agenda yang sering menjadi lahan
tempat aku menumpahkan segalanya. Setelah aku merasakan dan memikirkan sesuatu,
tanganku secara otomatis bekerja mengabadikan apa pun itu dan di mana pun. Aku
sering membaginya ke dunia maya dan tidak sedikit dari orang-orang di sekitarku
yang salah paham dengan apa yang aku tulis. Tepat beberapa menit yang lalu,
sebelum aku mendapatkan inspirasi untuk membuat tulisan ini, aku baru saja
menyelesaikan sebuah kesalahpahaman di salah satu sosial media yang rasanya
membuat batinku ingin memberontak, marah, berteriak dan bingung entah bagaimana
menjelaskan kepada mereka bahwa itu semua adalah bagian dari perasaan dan
pikiranku sekilas. Bukan kecaman untuk pihak tertentu.
Anak manis, kalian
harus tahu bahwa ketika kita menuliskan sesuatu untuk dilihat dan dibaca orang
lain maka jangan pernah takut, bersembunyi, dan lari dari komentar dan
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mencuat setelah mereka membacanya. Kamu harus
punya 1001 kosa kata yang siap untuk menjelaskan tentang semua yang kamu tulis.
Fakta atau fiktifkah itu, reaksinya mungkin tidak jauh berbeda. Resiko bahasa
tulis, pembaca tidak selalu tepat menerka seperti apa ekspresimu dan siapa yang
ditujukan sebagai target.
Cukup sampai bagian
itu, aku lanjutkan jadwal aktivitasku...setiap Sabtu pagi, pukul 06.30 WIB aku
sudah meluncur menuju SDN 79 Bengkulu. Bertemu dengan anak-anak seperti kalian dalam
kegiatan PPSSD (Program Pengenalan Suasana SD). Sorenya aku ke SD yang lain
lagi, tidak jauh dari tempat tinggalku. SD 20 Bengkulu untuk membina pramuka
bersama 5 orang rekanku yang lain dan 2 orang seniorku. Pertama kali aku
menjalankan program itu yang terpikirkan adalah, “Benar. Kenyataan kadang benar-benar
menyalahkan teori yang ideal.” Tapi di sisi lain, jiwa ini semakin matang
rasanya ketika menatap wajah-wajah polos itu. Ketika mendengar
pertanyaan-pertanyaan yang kadang konyol dan polos namun itu wujud dari rasa
ingin tahu mereka yang tajam. Anak-anak bangsa seperti kalian, sangat disayangkan
ketika masa di mana kalian harus dimanjakan dengan ilmu dan pendidikan namun
semua itu tidak sepenuhnya kalian rasakan. Ketika nanti aku sudah pantas kalian
panggil Ibu guru dengan gelarku, aku ingin melakukan lebih banyak hal untuk
kalian. Hei...sahabatku, mungkin ia sudah merasakan banyak hal dan nano-nanonya
mengunjungi dan berbaur dengan anak-anak di bagian bumi pertiwi yang mungkin
belum sepenuhnya terjamah seperti kalian. Afroza Pratiwi namanya. Ia juga yang
menyarankanku untuk menuliskan semua ini untuk kalian.
Hmm....kemarin, Minggu
16 November 2014 aku dan rekan-rekan Himpunan Mahasiswa PGSD FKIP Universitas
Bengkulu baru saja pulang dari kegiatan Kemah Bakti Sosial (KBS) di sebuah daerah
pinggiran Bengkulu Selatan, Seluma, Lubuk Kebur sejak hari Kamis 13 November
2014. Kami juga mengunjungi dan sempat berbaur dengan anak-anak seperti kalian
di SD 146 Lubuk Kebur yang jumlah total siswanya hanya 63 orang. Kecil dan
terpencil, tapi anak-anak ini terlihat bahagia sekali di sini. Mereka bersorak
gembira ketika melihat kami bersama rombongan memasuki gang kecil menuju
sekolah mereka. Tertawa ceria, bercerita dan saling memamerkan alat tulis
berupa buku dan pensil yang kami bagikan rata untuk mereka. Bukan main bahagia
dan harunya berada di tengah-tengah mereka. Demikian juga rasanya jika aku
dapat berada di tengah-tengah kalian dan membagikan apa yang bisa aku bagi
untuk kalian.
Salah satu daftar list
keinginan yang belum terwujud adalah mengelilingi bagian-bagian bumi pertiwi
untuk menjamah satu per satu istana anak bangsa yang belum tercemar dengan ganas dan panasnya perkembangan teknologi. Do’akan itu segera terwujud,
salah satunya ke istana kalian, segera. Amin
Aku bingung mau
menuliskan apa lagi, karena belum sempat aku menyelesaikan tulisan ini sebuah
panggilan masuk tertera di layar Handphone-ku. Aku mengangkatnya dan kemudian
aku lupa tentang emosiku yang tadi mendorong jari-jariku untuk bercerita. Oh,
ya..siapa pun yang membaca surat ini, apa pun komentar kalian, jika berkenan
dan sempat ditunggu balasannya. Kirimkan saja ke Email-ku, afrinarita23@gmail.com.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Ttd,
Rita Afrina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar