Senin, 17 November 2014

Surat untuk Anak Bangsa



                                                                             Bengkulu, 18 November 2014

Yts. Siswa/i SDN Sungai Kubu, Karang Agung, Lalan Musi, Banyuasin, SumSel.
Di
Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam kenal dan salam sayang untuk kalian semua...
Anak-anak manis dengan seribu satu kebanggaan dan keceriaan.
SDN Sungai Kubu, Karang Agung, Lalan Musi, Banyuasin, Sumatera Selatan, benarkah itu alamat istana kalian?
Ingin rasanya aku sesekali mengunjungi kalian di sana, membawakan kalian banyak kisah, bingkisan dan beberapa ikat ilmu yang aku gali dan aku kumpulkan selama ini. Tapi sebelum itu, izinkan bagian dari diriku yang paling mudah untuk tiba di sana lebih dulu. Surat ini, bagian dari diriku untuk kalian.
Nama lengkapku, Rita Afrina. Panggil saja aku kak Rita. Aku berasal dari kota kecil di pinggiran pulau Sumatera, Bengkulu. Kota yang banyak orang tidak mengetahui keberadaannya di nusantara ini. Di bagian Utara Bengkulu, tepatnya sebuah desa kecil yaitu Sungai Pura, Kecamatan Air Besi, di sana aku bertemu dunia pertama kali dan juga sebagai anak pertama pada 15 Mei 1994. Dari seorang  ayah bernama Syopyan Sori dan seorang Ibu bernama Rabi’ah Tuhadis. Hidupku sederhana, sejak aku dilahirkan. Maka sekiranya aku tahu seperti apa rasanya menjadi kalian jika tempat kalian berada di pelosok SumSel. Pertama kali aku mengenal huruf dan angka secara formal juga di sebuah tempat yang terpencil, jauh dari hinggar binggar kemeriahan kota dan kecanggihan teknologi. Tentunya menyatu dengan alam. 
Sekarang, aku sedang dalam perjalanan dan perjuangan menyelesaikan pendidikan S1 di salah satu universitas di kota Bengkulu. Aku tinggal tidak jauh dari kampusku. Menikmati manis pahitnya ratusan hari di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).  Dulu, aku ingin terjun ke dunia yang bersahabat dengan bau obat dan teman-temannya. Dengan seragam putih dan stetoskop di leher. Tapi Tuhan membawaku ke dunia yang menuntut dan membuat aku mencintai, menyayangi dan selalu ingin memberikan yang terbaik kepada anak-anak seperti kalian. Aku pikir, ini adalah profesi yang gampang untuk dikerjakan dan dijalankan nantinya dibandingkan seragam putih itu. Tapi sekarang aku menyadari bahwa tidak mudah untuk menjadi pengabdi, pejuang, pengayom, pembimbing dan pendamping yang profesional bagi kalian. Karena kalian adalah warisan berharga negeri ini. Itu lah yang membuat semua ini semakin hari semakin berharga dan mulia.
Setiap hari, Senin sampai Jum’at aku melangkahkan kaki ke kampus sambil menggendong ransel yang di dalamnya entah apa saja tetapi yang paling jarang absen adalah alat yang aku gunakan untuk membuat tulisan ini. Bersama sebuah buku orange yang hampir tak berbentuk. Aku suka menulis, aku punya buku agenda yang sering menjadi lahan tempat aku menumpahkan segalanya. Setelah aku merasakan dan memikirkan sesuatu, tanganku secara otomatis bekerja mengabadikan apa pun itu dan di mana pun. Aku sering membaginya ke dunia maya dan tidak sedikit dari orang-orang di sekitarku yang salah paham dengan apa yang aku tulis. Tepat beberapa menit yang lalu, sebelum aku mendapatkan inspirasi untuk membuat tulisan ini, aku baru saja menyelesaikan sebuah kesalahpahaman di salah satu sosial media yang rasanya membuat batinku ingin memberontak, marah, berteriak dan bingung entah bagaimana menjelaskan kepada mereka bahwa itu semua adalah bagian dari perasaan dan pikiranku sekilas. Bukan kecaman untuk pihak tertentu.
Anak manis, kalian harus tahu bahwa ketika kita menuliskan sesuatu untuk dilihat dan dibaca orang lain maka jangan pernah takut, bersembunyi, dan lari dari komentar dan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mencuat setelah mereka membacanya. Kamu harus punya 1001 kosa kata yang siap untuk menjelaskan tentang semua yang kamu tulis. Fakta atau fiktifkah itu, reaksinya mungkin tidak jauh berbeda. Resiko bahasa tulis, pembaca tidak selalu tepat menerka seperti apa ekspresimu dan siapa yang ditujukan sebagai target.
Cukup sampai bagian itu, aku lanjutkan jadwal aktivitasku...setiap Sabtu pagi, pukul 06.30 WIB aku sudah meluncur menuju SDN 79 Bengkulu. Bertemu dengan anak-anak seperti kalian dalam kegiatan PPSSD (Program Pengenalan Suasana SD). Sorenya aku ke SD yang lain lagi, tidak jauh dari tempat tinggalku. SD 20 Bengkulu untuk membina pramuka bersama 5 orang rekanku yang lain dan 2 orang seniorku. Pertama kali aku menjalankan program itu yang terpikirkan adalah, “Benar. Kenyataan kadang benar-benar menyalahkan teori yang ideal.” Tapi di sisi lain, jiwa ini semakin matang rasanya ketika menatap wajah-wajah polos itu. Ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan yang kadang konyol dan polos namun itu wujud dari rasa ingin tahu mereka yang tajam. Anak-anak bangsa seperti kalian, sangat disayangkan ketika masa di mana kalian harus dimanjakan dengan ilmu dan pendidikan namun semua itu tidak sepenuhnya kalian rasakan. Ketika nanti aku sudah pantas kalian panggil Ibu guru dengan gelarku, aku ingin melakukan lebih banyak hal untuk kalian. Hei...sahabatku, mungkin ia sudah merasakan banyak hal dan nano-nanonya mengunjungi dan berbaur dengan anak-anak di bagian bumi pertiwi yang mungkin belum sepenuhnya terjamah seperti kalian. Afroza Pratiwi namanya. Ia juga yang menyarankanku untuk menuliskan semua ini untuk kalian.
Hmm....kemarin, Minggu 16 November 2014 aku dan rekan-rekan Himpunan Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Bengkulu baru saja pulang dari kegiatan Kemah Bakti Sosial (KBS) di sebuah daerah pinggiran Bengkulu Selatan, Seluma, Lubuk Kebur sejak hari Kamis 13 November 2014. Kami juga mengunjungi dan sempat berbaur dengan anak-anak seperti kalian di SD 146 Lubuk Kebur yang jumlah total siswanya hanya 63 orang. Kecil dan terpencil, tapi anak-anak ini terlihat bahagia sekali di sini. Mereka bersorak gembira ketika melihat kami bersama rombongan memasuki gang kecil menuju sekolah mereka. Tertawa ceria, bercerita dan saling memamerkan alat tulis berupa buku dan pensil yang kami bagikan rata untuk mereka. Bukan main bahagia dan harunya berada di tengah-tengah mereka. Demikian juga rasanya jika aku dapat berada di tengah-tengah kalian dan membagikan apa yang bisa aku bagi untuk kalian.
Salah satu daftar list keinginan yang belum terwujud adalah mengelilingi bagian-bagian bumi pertiwi untuk menjamah satu per satu istana anak bangsa yang belum tercemar dengan ganas dan panasnya perkembangan teknologi. Do’akan itu segera terwujud, salah satunya ke istana kalian, segera. Amin
Aku bingung mau menuliskan apa lagi, karena belum sempat aku menyelesaikan tulisan ini sebuah panggilan masuk tertera di layar Handphone-ku. Aku mengangkatnya dan kemudian aku lupa tentang emosiku yang tadi mendorong jari-jariku untuk bercerita. Oh, ya..siapa pun yang membaca surat ini, apa pun komentar kalian, jika berkenan dan sempat ditunggu balasannya. Kirimkan saja ke Email-ku, afrinarita23@gmail.com.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

                                                         
                                                                               Ttd,                                                                      
                            Rita Afrina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar