Rabu, 12 November 2014

PONDOK KECIL



A Whole New World (minggu,250312)
            Pagi itu kabut masih cukup tebal menutupi kaki bukit kecil yang dikelilingi hamparan ilalang yg cukup tinggi. Seorang gadis bertubuh lansing duduk di pinggir pondok kecil di atas bukit itu sambil memeluk kedua kakinya. Jaket woll tebal berwarna ungu membalut tubuhnya dari dingin pagi itu. Wajah putih dingin itu sepertinya menyimpan sesuatu yang cukup membebani. Butiran-butiran embun di atas ribuan daun ilalang seakan-akan tak cukup dan tak mampu untuk membasuh dan menenangkan pikirannyayang kusut itu. Raut wajah tanpa sedikit pun garis senyum semakin tertunduk.
            Dalam kehampaan gadis itu mencoba untuk menghibur dirinya sendiri. Perlahan-lahan tangannya merogoh kantong jaket dan mengeluarkan sebuah buku kecil dan pensil yang selalu bersamanya ke mana pun dia pergi. Dia mulai membuka lembaran demi lembaran buku kecil itu dan menulis sesuatu di sana. Dia menulis puisi. Salah satu hobby yang sering kali dilakukannnya ketika dia memiliki waktu luang atau untuk melepaskan beban yang dia rasakan. Dia memiliki banyak hobby lain,mulai dari dengar lagu,nyanyi,baca buku dan juga menulis. Dia malah lebih akrab dengan tulisan ketika dia memiliki sesuatu untuk diceritakan. Dia menulis segala hal yang terlintas di pikirannya yang menurutnya perlu ditulis. Itulah yang sering dilakukannya di pondok kecil itu ketika dia ingin mengembalikan ketenangan dalam dirinya.
            Bait demi bait puisi tertuang dalam lembaran kecil itu. Beberapa sesaat kemudian dia menutup buku kecil itu dan memmasukkannya kembali ke saku jaketnya bersama pensil yang tadi dikeluarkannya. Sekarang dia memasang headshet dan memutar salah satu lagu kesukaannya. Sambil mendengar lagu itu,dia pun ikut bernyanyi.
I can show you the world
Shining,shimerring,splendid
Tell me princess,now when did you last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over,sideways and under
On a magic carpet ride
A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we’re only dreaming
A whole new world
A dazzling place I never knew
But,when I way up here
It’s crystal clear
And now I’m in a whole new world with you
Now I’m in a whole new world with you
........................................................
            Pada waktu yg bersamaan,seseorang berjalan menelusuri jalan setapak di antara ilalang tepat menuju pondok di mana gadis itu berada. Beberapa meter sebelum tiba di pondok itu,orang itu mendengar suara nyayian yang begitu merdu. Dia mempercepat lankahnya. Namun,nyayian itu sudah lebih dulu berhenti ebelum orang itu tiba di sana.
            Gadis itu melepaskan headshetnya dan menarik nafas lega. Dia tersenyum menatap daun-daun ilalang yang basah dengan  embun. Tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang berjalan ke arah pondok. Gadis itu mengangkat kepala dan memasang telinga untuk memastikan suara itu. “Suara langkah kaki siapa itu?” gumamnya dalam hati. Langkah kaki itu semakin dekat dan semakin jelas terdengar. Gadis itu memberanikan diri untuk bertanya dari kejauhan,”Siapa di sana?”. Seketika langkah kaki itu berhenti. Namun tak ada jawaban apa pun. Beberapa saat kemudian,langkah kaki itu kembali terdengar. Samar-samar di balik kabut tebal itu terlihat seseorang yang bertubuh tegap dan cukup tinggi berjalan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong jaket berwarna biruyang di pakainya. Sekarang,seorang anak laki-laki sudah berdiri tepat sisi kanan gadis yang sejak tadi bertanya-tanya siapa orang ini?
            Orang itu menatapnya lembut dan bertanya seolah-olah sudah mengenalnya,”Sedang apa kamu di sini?”.
“Siapa kamu?” gadis itu mengajukan pertanyaan lin seblum menjawab pertanyaan orang itu.
“Uhmm...aku Farhan. Dan siapa kamu?”
“Aku Syifa.” Jawab gadis itu dengan singkat sambil menundukkan wajahnya dan duduk kembali.
            Orang itu menghela nafas panjang dan melemparkan pandangannnya ke kaki bukit.
“Kamu belum menjawab pertanyaanku yang pertama tadi. Apa kamu sering datang ke sini?” dia kembali mengulangi pertanyaannya. Gadis itu menanggapi dan menjawab pertanyaan itu dengan wajah datar seakan tanpa ekspresi.
“Ya. Aku sering datang ke tempat ini untuk melepaskan beban dan melegakan pikiranku. Lalu,mau apa kau datang ke sini? Aku tidak pernah melihatmu ke sini sebelumnya.”
Orang itu hanya tersenyum. “Apa yang mebuatmu tersenyum?” ujar gadis itu heran.
“Aku sedikit berbeda denganmu. Meskipun aku tahu tempat ini sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. Namun sekarang aku sudah jarang datang ke  sini.”
Syifa mengangkat wajahnya pelan-pelan,“Ternyata ada orang lain yang jauh lebih dulu mengetahui tempat ini sebelum diriku.”
“Aku tidak menyangka ada seorang gadis yang berani datang ke sini sendirian. Duduk dan bersenandung dengan merdu.” Farhan tersenyum. Syifa pun terperangah mendengar kalimat yang baru saja diungkapkan oleh Farhan,”Apa? Jadi kamu? Tidak. Bukan aku yang tadi menyanyikan lagu itu.” Meskipun sudah berusaha menutup diri,namu Farhan hanya melontarkan senyuman.
            Beberapa saat kemudian matahari mulai mengangkat wajah dari balik bukit dan perlahan-lahan menghapus kabut tebal yang sejak tadi menutupi bukit itu. Cahayanya menerpa wajah mereka yang dingin.
“Indah sekali.”
“Apa?” Syifa penasaran.
“Mataharinya. Pagi ini dia hadir dengan wajah yang begitu ceria.” Farhan yang sejak tadi berdiri di sisi kanan Syifa sambil menghadap cahaya matahari tiba-tiba menoleh ke arahnya. Syifa masih saja duduk diam tanpa ekspresi yang enak dilihat.
“Apa kamu tidak bisa tersenyum seperti matahari itu?” lanjut Farhan.
“Aku bisa melakukannya bahkan lebih dari itu. Tapi rasanya sulit untuk saat ini.”
“Aku mengerti. Dan aku rasa aku juga belum layak untuk mendengarkan ceritamu sebelum aku mengenalmu lebih jauh lagi. Jadi,boleh aku bertanya tentang sesuatu?” Farhan melontarkan kalimat yang cukup serius.
“Apa yang ingin kamu tanyakan?” syifa balik bertanya.
“Mungkin semua hal tentang dirimu.”
Syifa mengangguk pelan. Namun dia bukanlah tipe orang yang bisa dengan mudah membeberkan identitasnya secara lengkap. Apalagi dengan orang yang baru dikenalinya beberapa menit yang lalu seperti Farhan. Pertanyaan singkat itu mendapat jawaban yang sederhana dari Syifa. “Baik. Kamu akan mengetahui dan memahami diriku setelah kau bisa memahami bahwa matahari tidak selalu bisa bersinar cerah seperti itu.”
“Hahaha...Subhanallah. kata-katamu benar-benra puitis.” Puji Farhan.
Pujian itu diterima oleh Syifa dengan sedikit sanggahan.
“Terima kasih untuk pujiannya. Tapi  aku bukanlah seorang puitis hebat.” Sanggahnya.
“Yayaya...”
            Matahari semakin naik dan memancarkan cahayanya yang begitu cerah. Tiba-tiba Syifa teringat sesuatu.
“Jam berapa sekarang?” tanyanya.
Farhan menoleh dan terkejut sesaat,kemudian melihat ke arah jam tangannya. “Hmm...jam 7 lewat. Ada apa?”
“Astaghfirullah...aku hampir melupakan sesuatu.” Syifa bergegas turun dari pondok dan berjalan cepat menembus hamparan ilalang yang begitu luas.
“Kamu mau ke mana?” Farhan tentu saja heran melihat Syifa yang tiba-tiba seperti sedang terburu-buru.
“Pulang. Assalamualaikum...” sebuah jawaban singkat.
“Wa..walaikumsalam.” Dia masih saja heran.
Sejenak Farhan memandang lekat langkah demi langkah kaki Syifa di antara ilalang- ilalang itu. Lalu ia kembali menghadapkan wajahnya ke arah matahari sambil mendengar alunan musik dari earphonenya. Perlahan-lahan dia menutup matanya dan tiba-tiba membukanya lagi. Seketika dia membalikkan badan dan melemparkan pandangan ke arah jalan yang tadi ditempuh oleh Syifa. Berharap gadis itu masih berjalan di sana. Benar,gadis itu masih terlihat bergegas mempercepat langkahnya. Dengan cepat Farhan pun langsung menyusulnya,entah apa yang ada dipikirannya. Namun sayang,di persimpangan ujung hamparan ilalang. Dia kehilangan jejak.



Kutu Keberuntungan (kamis,290312)
        Aktivitas kuliah pagi ini baru saja di mulai. Khusus  fakultas kebidanan semester  4,hari ini ada praktikum yang akan dimulai jam 08.00 pagi. Seperti biasanya,anak-anak di universitas ini tergolong sangat disiplin. Jarang sekali bahkan hampir tidak pernah ditemukan ada murid yang terlambat masuk tanpa kendala yang benar0benar tidak bisa dihindarkan. Sebagai contoh sebut saja Alya,seorang mahasiswi kebidanan semester 7 ini sudah stand by di kelas 15 menit sebelum perkuliahan dimulai.
            Lain halnya dengan Zahra Ash-Syifa dan Fitri yang biasanya setengah jam sebelum masuk mereka sudah nongol di kampus. Benar-benar semangat. Bedanya,kalau Fitri biasanya tiba di kampus langsung masuk kelas dan baca buku sampai dosennya datang. Sedangkan Syifa,lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku. Dia baru bergegas masuk ke kelas 5 menit sebelum kuliah dimulai.
            “Tok...tok..tok. Selamat pagi semuanya.” Suara tegas yang begitu akrab terdengar dari arah pintu masuk dan disambut dengan sapaan dari seisi kelas itu. “Selamat pagi pak.” Kompak. “Bagaimana  kabar kalian hari ini?”
“Baik,Pak.” Sembari membuka buku mereka.
“Baguslah kalau bagitu,sekarang kita mulai saja.” Beliau mulai menampilkan materi yang akan dibahas hari itu.
            Singkat cerita,kuliah hari ini pun berakhir  tepat pukul 14.00 WIB. Sebagian dari mahasiswa/i bergegas pulang ke kandang mereka masing-masing. *emang kambing pake acara pulang ke kandang...hahaha*
“Hmmm...akhirnya,selesai juga kuliah hari ini. Lega rasanya.” Fitri menghela nafas panjang untuk mengekspresikan kelegaannya.
“Asal nggak dijadikan beban dan dijalani dengan ikhlas,Insyaallah semua akan berjalan baik kok.” Senyum ketenangan kembali terpancar di wajah gadis itu.
Tidak termasuk Syifa yang langsung pulang ke rumah setelah jam kuliah berakhir atau langsung hang out bareng teman-teman sampai lupa waktu. Nah,kalau gadis yang satu ini sedikit berbeda. Dia lupa waktu kalau sudah berhadapan dengan tumpukan buku atau tugas. Jadi tidak heran kalau setelah jam kuliah berakhir dia masih menyempatkan diri untuk membaca buku di perpustakaan sebelum pulang ke rumah. Akibatnya,dia mendapat julukkan ‘kutu buku’ dari Fitri,temannya yang juga suka membaca tapi masih ada bosannya. Hehehe *kalo gituh bukan suka namanya,tapi mood-mood’an. Haha*
“Pulang yuk,Fa?” lanjut  Fitri dengan senyum menenggoda sambil mengangkat alisnya. Syifa pun membalas dengan senyum,”Hmm,,kayaknya kamu duluan aja dech,Fit!”
“Emang kamu belum mau pulang?”
“Biasa. Aku mau mampir dulu ke perpustakaan. Hehe” Syifa meraih tasnya dan berjalan ke luar ruangan.
“Huh..dasar kutu buku. Nggak bosan baca buku terus?” Fitri masih saja merayu.
“Biarin. Dari pada jadi kutu rambut. Baca buku itu asyik lho...”
“Ok,dech. Aku duluan ya...Assalamualikum.”
“Iya,kutu facebook. Walaikumsalam.” Syifa tertawa setelah menyebut temannya kutu facebook.
Fitri yang sudah berjalan beberapa langkah kembali menoleh ke arah Syifa. “Apa? Kutu facebook? Kok gituh?” tanyanya dengan wajah heran.
“Iya,dong. Kamu kan rajin n gak ada bosannya update status di FB. Hehe”
“Hahahaha...bisa aja kamu. Awas ya,besok aku balas!!!” Fitri mengancam sambil tertawa,jadi sama sekali tidak ada unsur keseriusan. Setelah itu mereka pun berpisah dengan tujuan masing-masing.
Setelah cukup lama bertatap muka dengan lembaran demi lembaran buku yang ada di hadapannya,Syifa mulai mengeluarkan netbook yang bisa dibilang menjadi sahabatnya sehari-hari. Sekarang dia menyelesaikan tugas kuliahnya. *nih anak,rajin bener kan? Dijamin dech,zaman sekarang jarang banget ada mahasiswa/i yang punya kebiasaan kayak Syifa. Bisa dihitung ada berapa kepala!*
Begitulah kebiasaan yang dilakukannya sejak dia resmi menjadi salah satu mahasiswi di sana. Tekad dan niatnya yang bulat untuk mewujudkan cita-citanya membuatnya selalu serius dalam semua urusan yang berhubungan dengan kuliah.
Ketika sedang serius dengan tugasnya,tanpa sadar sejak tadi ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh. Orang itu membenarkan letak kacamatanya dan mempertajam tatapan ke arah Syifa. Beberapa saat kemudian,orang itu berjalan menghampiri Syifa sambil membawa sebuah map berwarna biru. Sekarang seseorang yang umurnya kira-kira sudah setengah baya berdiri di dekat gadis yang sejak tadi tidak menyadari kehadirannya. Dia masih terus menggerakkan jari-jarinya di atas keypad netbook dengan tatapan yang begitu serius.
“Ehm,permisi. Sedang apa,nak?” ujarnya lembut.
Tentu saja Syifa terkejut dengan suara yang tiba-tiba didengarnya karena terlalu serius.
“Iya,Bu. Saya sedang menyelesaikan tugas kuliah saya. Ada apa ya,Bu?” respon yang sopan.
J
“Oh,tidak apa-apa. Lanjutkan! Tapi sebelumnya,boleh saya duduk di sini?” wanita itu meletakkan tasnya yang terlihat cukup berat.
“Tentu saja,Bu. Silahkan!” dengan senyum semanis mungkin dan kata-kata sesopan mungkin Syifa mempersilahkan wanita itu untuk duduk,karena dia menyadari sepertinya wanita itu bukan orang biasa. “Kalau tidak salah beliau adalah salah satu dosen senior di sini. Tapi mau apa dia mengahmpiriku?”  Syifa bergumam dalam hati. Sekarang wanita itu sudah duduk di kursi sebelahnya.
“Mahasiswi jurusan apa nak?” sambil membolak-balikkan lembaran buku.
“Saya mahasiswi jurusan kebidanan,Bu.” Menoleh pelan.
“Oh,begitu. Semester berapa sekarang?” lanjut beliau.
“Alhamdulillah semester 4,Bu.”
“Hmm,sering baca buku di sini ya?”
“Iya,Bu. Soalnya kalau habis kuliah langsung pulang ke rumah rasanya sayang,padahal masih ada banyak waktu untuk baca buku di perpustakaan atau menyelesaikan tugas kuliah.” Syifa menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan dengan santai.
“Tapi bukannya baca buku dan menyelesaikan tugas kuliah itu bisa dilakukan di rumah?”
“Iya,bisa juga,Bu. Tapi di sini terdapat lebih banyak bahan dari berbagai sumber yang bisa di baca dan dijadikan referensi.” Syifa berusaha memperkuat alasannya.
“Oh,begitu ya. Kalau tidak keberatan dan merepotkan saya ingin meminta bantuan kamu.” Wanita itu menutup bukunya dan menoleh ke arah Syifa.
“Insyaallah saya akan berusaha untuk membantu semampu saya,Bu.” Syifa juga menutup netbooknya dan fokus mendengarkan pembicaraan wanita itu.
“Baiklah. Saya merupakan salah satu dosen senior di fakultas kebidanan. Besok pagi saya berencana untuk memberikan ujian untuk anak kebidanan semester 2. Tapi saya juga harus menghadiri sebuah pertemuan penting  pada waktu yang sama. Jadi saya ingin kamu menggantikan saya untuk mengawasi mereka sampai ujian sampai selesai. Saya yakin kamu bisa melakukannya dengan baik. Bagaimana?” pandangan wanita itu semakin dalam ke arahnya. Ternyata benar,dia adalah dosen senior. Dr. Riana Silva,itulah nama yang tertera di nametag-nya.
“Baik,Bu. Insyaallah saya akan melaksanakan tugas itu dengan baik.” Tentu saja dia tidak menolaknya. Ini bisa menjadi batu loncatan untuk menjadi asistant dosen.
J *good job!!!*
“Ok. Kalau begitu sekarang kamu ikut saya untuk mengambil berkas soal ujiannya.”
“Baik,Bu.” Syifa membereskan buku dan memasukkan semuanya ke dalam tas. Lalu dia bergegas mengikuti wanita itu ke luar perpustakaan.
Setumpuk kertas dan buku-buku tersusun rapi di sebuah rak yang terletak di pojok ruangan itu. Sebuah ruangan yang cukup luas dan nyaman untuk seorang dosen senior. Di atas meja kaca di hadapan Syifa juga terdapat setumpuk kertas yang tidak lain adalah tumpukan lembaran soal ujian yang harus dibagikan besok pagi.
“Ini berkas soalnya. Sudah saya copy sesuai dengan jumlah mahasiswi yang akan mengikuti ujian.” Sambil menyerahkan berkas soal ke tangan Syifa.
“Baik,Bu. Maaf,Bu. Waktu untuk ujiannya berapa jam ya,Bu?” Berkas soal itu sudah ada di tangan Syifa.
“Cukup satu jam saja. Setelah ujiannya selesai,kamu perintahkan mereka untuk diskusi tentang materi selanjutnya!”
“Baik,Bu. Akan saya laksanakan.”
“Ok. Pastikan tidak terjadi kecurangan dalam bentuk apapun selama ujian berlangsung!” tegas beliau sambil membenarkan letak kacamatanya.
“Iya,Bu.” Syifa tersenyum lalu menganggukkan kepala.
Setelah memasukkan berkas soal itu ke dalam tasnya,Syifa pamit pulang meninggalkan ruangan itu.  
“Saya permisi pulang dulu ya,Bu. Assalamualaikum..”
“Iya,walaikumsalam. Selamat menjalankan tugas!”
Baru beberapa langkah keluar ruangan,sebuah suara menghentikan langkah kaki Syifa.
“Syifa,sebentar! Tinggalkan kontak Hp-mu agar saya bisa dengan mudah menghubungimu untuk memastikan keadaan selama ujian berlangsung.”
Ternyata wanita itu lupa meminta nomor HP Syifa,dengan tersenyum Syifa berbalik arah dan memberikan nomor Hp-nya kepada wanita itu.
“085758535545.” Ujar Syifa.
Beberapa saat kemudian,HP Syifa bergetar di dalam tasnya.
“Sebentar ya,Bu.” Syifa mengeluarkan HP-nya dan menatap layarnya untuk memastikan siapa yang menelponnya. Ternyata panggilan masuk dari sebuah nomor baru.
“Itu nomor saya. Kamu save ya! Segera hubungi saya jika ada masalah atau ada perlu!” wanita itu mematikan telponnya dan memasukkan HP-nya ke saku blusnya.
Syifa pun mengangguk lalu memasukkan kembali HP-nya ke dalam tas.
“Iya,Bu. Saya pamit dulu.” Syifa kembali meminta izin pulang.
“Iya. Hati-hati!” wanita itu berdiri di pintu sampai Syifa berjalan cukup jauh dan tidak terlihat dari sana.





Berawal dari sini (sabtu,310312)
Pagi itu Syifa sudah bersiap-siap berangkat kuliah  lebih awal walupun sebenarnya pagi itu kelasnya tidak ada jam kuliah pagi. Tapi dia harus melaksanakan tugas besarnya. Tepat pukul 07.00 WIB dia berangkat menuju kampus. Setelah tiba di kampus,seperti biasa dia menyempatkan diri dulu untuk membaca buku di perpustakaan.
“Selamat pagi,Mbak.” Sapanya ketika berpapasan dengan penjaga perpustakaan yang sudah hapal dengan Syifa.
“Pagi juga. Cepat sekali berangkatnya dek...ada ujian ya?”
“Gak kok,Mbak. Cuma ada misi sedikit. Hehehe” Jawabnya sambil senyum-senyum.
“Oh,good luck aja ya!!” sambil mengangkat alis.
“Makasih,Mbak.”
Kira-kira pukul 07.50 WIB,Syifa melangkah membawa berkas soal di tangannya. Sekarang dia berada tepat beberapa langkah dari pintu masuk kelas yang harus dimasukinya.
“Hmm...Bismillahirrahmanirrahim.”  Syifa menarik nafas dan membaca Basmallah dalam hati sebelum mengetuk pintu dan masuk.
“Tok..tok..tok..Assalamualaikum. selamat pagi semuanya.” Ujarnya sambil tersenyum memasuki kelas itu.
“Walaikumsalam. Pagiii...” mereka menjawab kompak dengan wajah penuh keheranan.
“Apa benar hari ini kalian punya jadawal ujian dengan Bu Riana?”
“Benar.” Jawaban singkat dari seisi kelas.
“Sedikit pemberitahuan sebelumnya. Ibu Riana memiliki kesepakatan dengan kalian bahwa hari ini akan diadakan ujian. Tapi berhubung beliau harus menghadiri pertemuan penting,maka Beliau meminta saya untuk menggantikan Beliau mengawasi ujian di kelas kalian pagi ini. Ujian akan dilaksanakan selama 1 jam ke depan. Kemudian sisa waktu setelah ujian kalian diperintahkan untuk melakukan diskusi tentang materi selanjutnya. Baik,untuk mempersingkat waktu kita mulai ujiannya. Siapkan alat tulis dan simpan buku kalian!” dengan tegas dan berwibawa Syifa memberanikan diri untuk berbicara di depan mereka yang mungkin  sejak tadi bertanya-tanya siapa dia.
*jadi mysterius girl gituh... haha*
Tanpa jawaban dan bantahan apapun,mereka mengikuti perintahnya dengan tertib. Setelah soal dan lembar kerja,mereka pun mulai mengerjakan soal-soal itu satu per satu dengan ekspresi keseriusan yang berbeda-beda.
Detik demi detik berlalu. Menit demi menit telah terlewatkan. Tanpa terasa jarum jam menunjuk tepat di angka 9 yang berarti bahwa satu jam telah berlalu. Sekarang saatnya mereka harus mengumpulkan soal dan lembar jawaban mereka.
“Baik. Waktu kalian sudah habis. Sekarang kumpulkan soal dan lembar jawaban kalian!” perintahnya tegas.
Tak berapa lama kemudian mereka sudah berhamburan mengumpulkan soal dan lembar kerja mereka.
“Ujian sudah selesai kita laksanakan. Semoga kalian semua akan mendapatkan hasil yang memuaskan dengan usaha kalian. Sekarang silahkan lanjutkan dengan diskusi tentang materi selanjutnya.” Sambil menyusun satu per satu lembaran kertas di hadapannya.
setelah semua beres dimasukkan ke dalam tas,dia pun meninggalkan kelas itu.
“Silahkan dilanjutkan diskusinya!

1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa to host World Series of Poker
    World Series 광양 출장마사지 of Poker (WSOP) will be hosting the World 포항 출장안마 Series of Poker 용인 출장안마 (WSOP) in 과천 출장안마 Las Vegas. The 2021 영천 출장마사지 WSOP Poker Tour will

    BalasHapus